Rabu, 30 November 2016

Teori Perilaku Konsumen dan Contohnya

Definisi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.




Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan. Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Dilihat dari pengkonsumsian suatu produk perilaku konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Perilaku konsumen rasional
Suatu kegiatan konsumsi bisa dikatakan rasional jika beberapa hal di bawah ini diperhatikan :
  • Produk tersebut bisa memberikan kepuasan dan nilai guna yang optimal
  • Produk tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen.
  • Kualitas atau mutu produk tersebut terjamin atau baik.
  • Harga suatu produk sesuai dan setara dengan kemampuan yang dimiliki oleh konsumen.

  1. Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku yang dilakukan oleh konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen melakukan pembelian produk tanpa memperkirakan kegunaan dari produk tersebut, contoh perilaku irasional antara lain :

  • Tertarik dan terpukau pada promosi dan iklan dari suatu produk baik melalui media cetak, elektronik atupun sosial.
  • Merk yang dimiliki hanya merk terkenal
  • Mengutamakan gengsi atau prestise

Adapun beberapa definisi perilaku konsumen menurut para ahli :

1. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan produk dan jasa, termasuk didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta mengikuti tindakan pembelian tersebut. Tindakan tersebut adalah terlibat secara langsung dalam proses memperoleh, mengkonsumsi bahkan membuang atau tidak jadi menggunakan suatu produk atau jasa tersebut.

2. Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana seseorang melakukan pertukaran aspek kehidupannya.

3. Menurut Mowen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas ketika seseorang mendapatkan, mengkonsumsi atau membuang barang atau jasa pada saat proses pembelian.

4. Menurut Schiffman dan Kanuk
Perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang pembeli dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi produk dan jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.



TEORI PERILAKU KONSUMEN

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Pendekatan Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen bisa dilihat dari beberapa pendekatan, dimana pendekatan tersebut akan memberi jawaban tentang maksud dari perilaku konsumen. Ada dua pendekatan terkait hal tersebut, yaitu pendekatan nilai guna (utility) kardinal dan pendekatan nilai guna (utility) ordinal.

1. Pendekatan nilai guna kardinal

Pendekatan kardinal adalah suatu daya guna atau nilai guna yang bisa diukur dengan satuan uang atau utilitas, nilai guna tersebut memiliki tingkatan yang sesuai dengan subjek yang menilainya. Pendekatan memiliki asumsi bahwa sebuah produk yang memiliki kegunaan lebih bagi konsumen maka itulah yang paling diminati. Untuk itu pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan dengan penilaian yang subjektif.
Dalam pendekatan kardinal terdapat satu landasan hukum yaitu hukum Gossen.

  • Hukum Gossen I : menyatakan bahwasannya kepuasan konsumen akan menurun ketika kebutuhan mereka dipenuhi terus-menerus.
  • Hukum Gossen II : menyatakan bahwasannya seorang konsumen akan terus menerus memnuhi kebutuhannya sampai mencapai intensitas yang sama. Maksud dari intensitas yang sama adalah rasio antara marginal utility dan harga dari produk yang satu dengan rasio marginal utility dan harga produk yang lainnya.
Hipotesisi utama dari pendekatan kardinal ini adalah nilai guna marginal yang semakin turun, menunjukkan bahwa nilai guna yang diperoleh oleh konsumen akan semakin menurun ketika mereka terus dan terus menambah konsumsinya atas produk tersebut. Berbicara tentang nilai guna marginal pasti ada kaitannya dengan bagimana pemaksimuman nilai guna ayang dirasakan oleh konsumen. Ada beberapa syarat pemaksimuman bisa terjadi yaitu ketika konsumen berada dalam keadaan-keadaan sebagai berikut :

  • Seorang konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang dkonsumsinya jika perbandingan antara nilai guna marginal berbagai produk tersebut sama dengan perbandingan harga-harga produk tersebut.
  • Seorang konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang mereka konsumsi jika terdapat kesamaan diantara setiap rupiah yang dikeluarkan dengan setiap produk yang dikonsumsi.
Dalam pendekatan kardinal ini terdapat beberapa asumsi,antara lain :
  • Daya atau nilai guna diukuur dengan parameter satuan harga atau utilitas.
  • Konsumen bersifat rasional, dimana mereka akan memnuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan batas kemampuan pendapatannya.
  • Konsumen akan mengalami penurunan utilitas ketika terus menerus melakukan konsumsi terhadap produk tersebut (diminishing marginal utility).
  • Konsumen memiliki jumlah pendapatan yang tetap.
  • Daya atau nilai guna dari uang tetap atau konstan.
  • Total utility bisa bersifat melengkapi (additive) atau berdiri sendiri (independent).
  • Produk yang dikonsumsi normal dan periodenya konsumsinya berdekatan.
Dengan berbagai asumsi tersebut pendekatan kardinal mampu menyusun sebuah formulasi fungsi permintaan secara baik. Namun meski begitu pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

  • Daya guna yang dipandang hanya dari segi subjektif membuat tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai dengannya.
  • Memiliki konsep constan marginal utility of money, yang membuat anggapan nilai uang akan menurun ketika jumlang uang semakin banyak.
  • Konsep diminishing marginal utility merupakan permasalah yang sangat sukar dari segi psikologis dan sulit diterima sebagai aksioma.

2. Pendekatan nilai guna ordinal

Berbeda dengan pendekatan kardinal yang memfokuskan kajian pada daya atau nilai guna suatu barang, namun dalam pendekatan ordinal daya guna tidak seratus persen diperhatikan cukup diketahui dan konsumen mampu menyusun urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh ketika mengkonsumsi sebuah produk. Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak produk yang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan yang didapat oleh konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan pendekatan ini menggunakan kurva indefferen yang menunjukkan kombinasi atau campuran antar konsumsi dua macam produk yang memberikan tingkat kepuasaan yang sama dan garis anggaran yang menunjukkan kombinasi antara dua macam barang yang berbeda yang bisa dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.

Perpaduan antara dua kurva ini akan menunjukkan kepuasan yang dicapai oleh konsumen. Dengan demikian pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah kepuasan yang maksimum dari melakukan konsumsi terhadap dua macam produk dengan tingkat pendapatan tertentu. Berbicara tentang pendekatan ordinal pasti tak terlepas dari kurva indeferens yang memiliki beberapa ciri diantaranya :

  • Memiliki garis miring yang negatif, artinya konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya terhadap suatu produk yang satu jika mereka melakukan konsumsi terhadap produk yang lainnya.
  • Kurva cenderung menuju ke arah titik origin, artinya hal ini menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia keluarkan atau korbankan dalam upaya mengubah kombinasi antara jumlah masing-masing produk yang dikonsumsi.
  • Tidak akan ada saling berpotongan, sehingga konsumen tidak mungkin akan mendapatkan kepuasaan yang sama pada suatu kurva indeferens yang berbeda.
Sama halnya dengan pendekatan kardinal, pendekatan ordinal juga memiliki beberapa asumsi penting di dalamnya, antara lain :

  • Konsumen yang bersifat rasional
  • Konsumen memiliki skala prioritas dalam menyusun produk yang akan dikonsumsi mulai dari yang memiliki daya guna kecil hingga pada yang memiliki daya guna tinggi.
  • Konsumen memiliki sejumlah uang
  • Konsumen selalu berupaya untuk mendapatkan kepuasan maksimal.
  • Konsumen selalu konsisten
  • Hukum yang berlaku adalah hukum transitif.

Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal

Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .



Prinsip dalam Analisa Perilaku Konsumen

  1. Pendapatan terbatas dan kelangkaan
Pendapatan yang terbatas dan kelangkaan merupakan suatu masalah yang harus disiasati dengan tepat oleh para konsumen. Dengan adanya dua masalah ini memaksa seorang konsumen untuk berfikir dua kali dalam menentukan pengeluaran atau konsumsi yang harus dilakukan namun tetap dalam anggaran yang telah diteteapkan sebelumnya. Harus adanya keseimbangan dalam mengkoinsumsi suatu produk. Jika ingin meningkatkan konsumsi terhadap suatu produk baik barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi terhadap produk lainnya.

  1. Konsumen mampu membedakan antara biaya dan manfaat
Biaya dan manfaat merupakan dua aspek yang selalu difikirkan oleh seorang konsumen dalam melakukan konsumsi. Jika dalam suatu kondisi dimana dua produk yang sama memberikan manfaat atau daya guna yang sama maka konsumen dengan otomatis akan melihat harga dan memlih yang lebih murah. Di sisi lain jika dalam kondisi dimana ada dua produk yang harganya sama, maka konsumen akan melihat dan memperhatikan manfaat serta nilai gunanya bagi masyarakat dan memilih yang memiliki manfaat lebih besar.

  1. Konsistensi konsumen dalam memperkirakan manfaat yang tepat
Konsistensi seorang konsumen dipengaruhi oleh pengalaman dan orang sekitar. Konsistensi konsumen terhadap suatu produk akan mudah goyah ketika ada produk yang memiliki manfaat lebih baik dengan harga yang murah atau setara. Dengan begitu konsumen akan mampu memberikan suatu perkiraan terhadap produk yang akan dikonsumsi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa konsistensi konsumen akan tetap bertahan jika produk yang dikonsumsi telah memnuhi syarat dan memiliki nilai guna yang baik.

  1. Distribusi produk satu dengan yang lainnya
Distribsusi terhadap suatu produk dengan produk yang lainnya merupakan cara tepat untuk memnuhi segala kebutuhan dan keinginan konsumen yang tek pernah selesai. Selain itu dengan adanya distribusi ini konsumen akan lebih mudah mendapatkan kepuasan dari berbagai sisi.

  1. Konsumen patuh pada hukum berkurangnya tambahan kepuasan yang berlaku
Dalam hukum ini berlaku tentang semakin banyaknya jumlah barang yang dikonsumsi, maka semakin kecil kepuasan atau manfaat yang dihasilkan. Artinya dengan adanya tambahan biaya maka konsumen akan menghentikan konsumsinya terhadap barang tersebut.
Dalam melakukan konsumsi pasti ada beberapa perilaku konsumen yang bisa dipantau dan di analisis tentu perilaku itu terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

  • Faktor budaya
Budaya memegang peranan penting dalam melakukan konsumsi. Tipe konsumsi dari konsumen menyesuaikan budayanya. Misalkan budaya barat dalam melakukan konsumsi tidak memperhatikan biaya yang penting puas.

  • Faktor sosial
Kelas-kelas sosial yang ada dalam masyarakat mempengaruhi perilaku konsumen, konsumen yang berada dalam kelas sosial yang tinggi maka mereka tidak akan ragu dalam mengkonsumsi suatu produk yang penting kebutuhannya terpenuhi. Berbeda dengan kelas sosial rendah mereka harus memperhitungkan pengeluarannya dengan baik.

  • Faktor pribadi
Baik buruknya perilaku konsumen dittentukan oleh masing-masing pribadi yang melakukan konsumsi tersebut.

  • Faktor psikologi
Psikologis seseorang juga mempengaruhi dalam bertindak. Jika kondisi psikologis konsumen baiok maka mereka akan berperilaku dengan benar. Sedangkan jika kondisi psikologis seorang terganggu maka tindakannya juga akan mengalami gangguan.

  • Faktor marketing strategi
Marketing strategi meliputi beberapa variabel, yaitu barang (produk), harga, periklanan, dan distribusi.



Proses pembentukan perilaku konsumen

Perilaku konsumen dilakukan berdasarkan suatu proses sebelum dan sesudah seorang konsumen melakukan proses pembelian suatu barang maupun jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut, seorang pembeli akan melakukan penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi proses pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut. Berikut beberapa tahapan pengambilan keputusan seorang konsumen :

1. Pengenalan Masalah.
Biasanya seorang konsumen melakukan pembelian atas dasar kebutuhan atau untuk menyelesaikan keperluan, masalah dan kepentingan yang dihadapi. Jika tidak ada pengenalan masalah terlebih dahulu, maka konsumen juga tidak akan tahu produk mana yang harus dibeli.

2. Pencarian Informasi.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami, maka pada saat itu seorang konsumen akan aktif mencari tahu tentang bagaimana cara penyelesaian masalahnya tersebut. Dalam mencari sumber atau informasi, seseorang dapat melakukannya dari diri sendiri (internal) maupun dari orang lain (eksternal) seperti masukan, sharing pengalaman, dan lain sebagainya.

3. Mengevaluasi Alternatif.
Setelah konsumen mendapatkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, maka hal selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen tersebut adalah mengevaluasi segala alternatif keputusan maupun informasi yang diperoleh.  Hal itu lah yang menjadi landasan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

4. Keputusan Pembelian.
Proses selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada alternatif-alternatif keputusan yang ada adalah konsumen tersebut akan melalui proses yang disebut dengan keputusan pembelian. Waktu yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini tidak sama, yaitu tergantung dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelian atau pengambilan keputusan tersebut.

5. Evaluasi Pasca-Pembelian.
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah melakukan proses dan keputusan pembelian adalah mengevaluasi pembeliannya tersebut. Evaluasi yang dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang tersebut sudah sesuai dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan sikap kepuasan dan ketidakpuasan barang oleh konsumen, mengecewakan dan tidak mengecewakan. Hal tersebut akan berdampak pada pengulangan pembelian barang atau tidak. Jika barang memuaskan dan tidak mengecewakan, maka konsumen akan mengingat merk produk tersebut sehingga akan terjadi pengulangan pembelian di masa mendatang.  Namun jika barang tidak memuasakan dan mengecewakan, maka konsumen juga akan mengingat merk barang tersebut dengan tujuan agar tidak mengulang kembali membeli barang tersebut di masa yang akan datang.



Mengenali Masalah Konsumen




Sebagai produsen atau penjual barang dan jasa, maka Anda perlu mengetahui cara-cara mengenali masalah konsumen. Hal ini diperlukan agar masalah yang dialami oleh konsumen tersebut dapat Anda ubah menjadi sebuah peluang. Jika Anda dapat memperbaiki kekurangan penjualan atau mengetahui hal apa yang sering menjadi masalah konsumen, maka hal tersebut akan menjadi perbaikan bagi penjualan dan bisnis Anda. Berikut terdapat beberapa tips agar Anda dapat mengenali masalah konsumen :

1.      Jadilah Pelanggan
Anda harus melihat sisi dari seorang pelanggan, tidak selalu menjadi sisi seorang penjual. Misalkan Anda pergi ke pusat perbelanjaan, tentu secara otomatis Anda harus menempatkan diri sebagai konsumen. Nah, hal apa saja yang Anda temui di pusat perbelanjaan tersebut yang Anda anggap merupakan suatu kekurangan. Misalnya tentang pelayanan pegawai yang kurang tanggap atau kurang ramah, ketersediaan produk, kualitas produk, dan lain sebagainya. Dari situ Anda akan dapat mengetahui dan belajar tentang masalah-masalah yang sering dialami oleh konsumen.

2.      Amati Sekeliling Konsumen dan Kompetitor
Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah mengamati lingkungan dan keadaan di sekeliling konsumen maupun kompetitor bisnis Anda. Dengan mengamati bisnis yang hampir mirip atau serupa dengan bisnis Anda, maka Anda dapat melihat kekurangan-kekurangan yang mungkin dapat terjadi pada sektor bisnis tersebut. Sehingga Anda dapat dengan cepat melakukan tindakan pencegahan maupun perbaikan pada bisnis Anda.

3.      Menambah Kenalan dan Membuka Pemikiran
Menambah kenalan dan jaringan pertemanan adalah hal yang sangat positif bagi Anda dan bisnis Anda. Selain menambah relasi, partner kerja, juga dapat menambah networkingatau jaringan bagi bisnis Anda. Dalam memulai perkenalan yang baru, usahakan untuk tidak mengatakan hal-hal yang negatif seperti menyinggung perasaan lawan bicara, berbicara sombong dan egois, mengatakan hal-hal yang menyangkut SARA, dan lain sebagainya. Pembicaraan dalam perkenalan baru hendaknya memiliki hal-hal yang positif seperti kalimat-kalimat yang mendukung dan tidak merendahkan lawan bicara.

4.      Bertanya Langsung Masalah yang Dihadapi oleh Pelanggan
Tidak ada salahnya bertanya kepada pelanggan lain tentang pandangannya mengenai bisnis Anda. Anda dapat memulai sebuah perkenalan dengan pelanggan yang lainnya dengan cara menanyakan hal-hal yang ringan terlebih dahulu, seperti sapaan, kalimat basa-basi, dan lain sebagainya. Kemudian Anda juga dapat meminta masukan atau pendapat mengenai bisnis yang Anda jalankan, sehingga Anda dapat mengetahui apa saja keluhan atau masalah yang sering dialami oleh para konsumen.




Contoh Kasus Perilaku Konsumen :

Proses pengambilan keputusan oleh konsumen terhadap pembelian jeruk


Jeruk China

Jeruk lokal

Jeruk china merupakan buah-buahan yang populer belakang ini.penampilan luar yang kuning-orange membuat orang tertarik untuk membelinya.Dibandingkan dengan jeruk lokal yang umumnya berwarna hijau kekuningan.Harganya pun tergolong murah dibandingkan jeruk lokal. Biasanya untuk 1 kg jeruk china diharga Rp17.000,- sedangkan untuk jeruk lokal dihargai sebesar Rp20.000/kg .Hal ini tentu saja membuat konsumen lebih memilih produk yang lebih murah.
Sesuai dengan hukum penawaran “semakin murah produk yang ditawarkan,semakin banyak produk yang minta”.Maka tak heran mengapa jeruk china jauh lebih murah dan banyak berada dipasaran.Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama mengapa jeruk china lebih laku dipasaran dibandingkan jeruk lokal

Harga
Dibandingkan jeruk lokal ,jeruk china lebih murah yaitu Rp17.000,-/kg sedangkan jeruk lokal dihargai sebesar Rp20.000,-/kg.Penampilannya juga menarik terbungkus rapi dengan plastik.

Transportasi.
Jeruk china didistribusikan secara menyeluruh dalam skala besar dengan bea cukai yang sangat rendah yakni 0%-5% itulah mengapa jeruk china jauh lebih murah.Sedangkan jeruk lokal distribusi nya terdapat banyak hambatan,baik itu dikarena transportasi, pajak maupun sarana dan prasarana.Iklim di China memungkin negara bambu ini memproduksi jeruk dalam jumlah yang sangat besar.Sedangkan diIndonesia panen jeruk tergantung pada iklim.Iklim di Indonesia saat ini mengalami musim pancaroba,menyebabkan produksi jeruk sangat rendah. Dan Peraturan perdagangan Indonesia

Adanya peraturan perdagangan Indonesia menyebabkan harga jeruk lokal lebih mahal. Jeruk lokal dikenai pajak lebih ditinggi dibandingkan pajak jeruk impor. Murah dan warna yang menarik.Namun,tak semuanya menjamin bahwa kandungan vitamin C didalamnya benar-benar baik. Jeruk china walaupun warnanya ranum kuning,tapi isinya kurang kadar air,kadang kering.Sedangkan jeruk lokal walaupun tampilan luarnya tidak sebagus jeruk china tapi kandungan airnya jauh lebih banyak dari jeruk china.Kandungan vitamin C nya juga jauh lebih. Bukan hanya itu. Jeruk lokal diproduksi oleh petani lokal yang distribusinya walaupun lambat tapi tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya. Kandungan jeruk china ternyata lebih banyak mengandung senyawa kimia terutama formalin yang menyebabkan warna nya jauh lebih cantik dan menarik serta tahan lama. Senyawa kimia ini akan berubah menjadi racun yang sangat berbahaya bagi tubuh bahkan bisa menyebabkan kanker.



Kesimpulan:


Mempelajari perilaku konsumen bagi perusahaan adalah memungkinkan perusahaan memahami dengan tepat kebutuhan dan keinginan pelanggannya sehingga dapat membantunya untuk memuaskan pelanggan, menerapkan konsep pemasaran dan memperluas legitimasi ke masyarakat. Jadi alangkah baik dan bermafaatnya jika konsumen maupun praktisi pemasaran mempelajari perilaku konsumen, tidak hanya bermanfaat secara individu tetapi secara bisnis sangat memiliki nilai  strategis bagi perusahaan.







Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen.
http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-perilaku-konsumen.
http://ciputrauceo.net/blog/2015/6/11/perilaku-konsumen.
https://shintaokrami.wordpress.com/2014/10/30/contoh-perilaku-konsumen-dalam-membuat-keputusan-membeli-barang-dan-jasa/.
http://merdifransisca.blogspot.co.id







Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian di Indonesia


Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian di Indonesia


1. Pendahuluan

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau tumbuh sebesar 7.05% dibandingkan tahun sebelumnya.



( gambar berbagai keragaman pariwisata di Indonesia )


Untuk memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :14).  Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar 
barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut.

2. Tinjauan ilmiah

Untuk mengetahui pengaruh sektor pariwisata yang mempengaruhi tingkat pendapatan negara dengan melihat semakin tingginya tingkat wisatawan. Hal ini didasarkan karena Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang berupa keindahan alam sebagai sesuatu yang ditawarkan oleh Indonesia. Dengan mengoptimalkan daerah wisata dapat mampu meningkatkan pendapatan daerah dan juga negara.

1.Konsep Pariwisata

Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009, tentang kepariwisataan, disebutkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Konsep Pariwisata. Sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

2.Jumlah Wisatawan Dalam Meningkatkan Pendapatan


( gambar beberapa orang wisatawan dari luar negeri )

Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987, dalam Sukarsa 1999).

Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di suatu daerah juga akan semakin meningkat.

Secara sederhana konsumsi sektor pariwisata merupakan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan harapan (expectation) selama tinggal di Daerah Tujuan Wisata yang dikunjunginya mulai dari paket perjalanan, akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, rekreasi budaya dan olahraga,belanja, dan lain-lain.

3.Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah
Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:
 (a) pendapatanasli daerah, yaitu:(i) hasil pajak daerah, (ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
 (b) dana perimbangan, 
 (c) pinjaman daerah,
 (d) dan lain-lain pendapatan daerah yang asli. 

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata. 

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Mari Elka Pangestu mengungkapkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan dalam sektor pariwisata ada tiga hal utama yang harus diperhatikan, yaitu tujuan pariwisata yang telah ada ditingkatkan dalam segala aspeknya, mengembangkan tujuan wisata yang baru dan menarik, serta wisata minat khusus yaitu, MICE (Meeting, Incentives, Convention, Exhibition), wisata belanja, wisata olahraga dan lain-lain. Kemudian ia juga menambahkan akan menambah destinasi wisata berbasis pedesaan ditahun 2014 ini yang ditargetkan berjumlah 822, yang sebelumnya pada tahun 2012 berjumlah 774 desa. Saat ini daya saing  pariwisata Indonesia dari 139 negara berada di urutan 70, meskipun saat ini Negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand juga merupakan saingan utama Indonesia dalam sektor pariwisata, sehingga pemerintah harus meningkatkan daya saing nya untuk mengamankan devisa Negara. Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini akan mencapai 8.637.275 wisman dengan pertumbuhan sebesar 7,37%, dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8,04juta wisatawan asing. Tentunya, hal ini merupakan kabar baik bagi dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Artinya, sektor ini berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomiIndonesia. Bicara perkembangan sektor pariwisata, Menparekraf mengumumkan sejumlah data yang mendukung, antara lain : penerimanaan PDB dari pariwisata pada tahun 2013 mencapai Rp347,35 triliun, serta kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB yang mencapai Rp641, 82 triliun. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tercatat sebanyak 11,87 juta orang (10,72%).



3. Permasalahan
Dalam pengembangan sektor pariwisata di Indonesia  tidak selamanya berdampak baik akan tetapi ada permasalahan dampak negatif yang ditimbulkan untuk perekonomian nasional,yaitu:

1. Leakage
Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dikategorikan menjadi dua jenis kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export. Biasanya kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri pariwisata, bahan makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh masyarakat lokal atau dalam negeri. Khususnya pada negara-negara berkembang, makanan dan minuman yang berstandar internasional harus di datangkan dari luar negeri dengan alasan standar yang tidak terpenuhi, dan akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai produsennya tidak biasa memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata tersebut.

Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap berstandar internasional. Penelitian dibeberapa destinasi pada negara berkembang, membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara 40% hingga 50% terhadap pendapatan kotor dari sektor pariwisata, sedangkan pada skala perekonomian yang lebih kecil, kebocoran terjadi antara 10% hingga 20%.

Sedangkan kebocoran export seringkali terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada negara miskin atau berkembang yang cenderung memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi  seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk membangunresort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran export


2. Enclave Tourism



(  gambar destinasi wisata kapal pesiar )


“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah pada sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang telah disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya.

 3. Infrastructure Cost
Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pungutan pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.

            4. Increase in Prices (Inflation)
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflasi” yang pastinya akan berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau pendapatan masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan peningkatan harga-harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi rendah.

5. Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.
Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan pariwisata yang dianggap tidak memerlukan sumberdaya yang besar namun pada negara yang memiliki sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga mengembangkan sektor lainnya secara proporsional.

6. Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti misalnya musim ramai “high season” dimana kedatangan  wisatawan akan mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian kamar maksimal dan kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini rata-rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering disebut “problem seasonal”.



4. Penjelasan

      Indonesia merupakan sebuah Negara dimana didalamnya terdapat 17.508 pulau, sangat banyak dibanding negara kepulauan yang lainnya di belahan dunia lain. Dengan banyaknya kepulauan di dalamnya, Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa dan budaya yang berbeda di setiap pulaunya, bahkan dalam satu pulau pun banyak budaya-budaya yang beraneka ragam dan itu menjadi keunikan tersendiri bagi Indonesia, selain itu Indonesia juga memiliki warisan sejarah yang menakjubkan serta kekayaan alam yang melimpah dari Sabang sampai Merauke. Jika kita melihat dari segi ekonomi kreatif, kita akan melihat peluang besar terhampar disana, dengan kekayaan tersebut Indonesia bisa mendapatkan banyak pendapatan dari sektor pariwisata, karena dari sektor pariwisata tersebut banyak hal yang berkaitan yang bisa dikembangkan menjadi usaha untuk mendapatkan keuntungan serta menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, seperti restoran, penginapan, souvenir, transportasi dan masih banyak lagi. Melihat pariwisata di Indonesia yang sangat besar , maka pemerintah pun semakin serius dalam menangani kepariwisataan indonesia. Keseriusan itu diperlihatkan dengan menetapkan visi terbaru untuk sektor pariwisata. Visi baru tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas internasional, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan. Upaya yang sangat perlu dilakukan saat ini agar sejalan dengan visi tersebut  adalah meningkatkan daya saing produk wisata  di indonesia, pengembangan daya tarik wisata nusantara, promosi yang terpadu dan kesinambungan, serta pengembangan institusi dan sumber daya manusia dalam meningkatkan ekonomi pariwisata indonesia. Sedangkan untuk pengembangan destinasi pariwisata yang sudah ada pemerintah memfokuskan diri pada pengembangan 15 Destination Management Organization (DMO), desa wisata, pusat rekreasi masyarakat, pasar wisata, zona kreatif, daya tarik wisata, serta melakukan kerjasama dan kemitraan.
Dari beberapa dampak negatif sektor pariwisata terhadap perekonomian masih banyak harus diperbaiki lagi semuanya agar bisa berdampak baik untuk perekonomian misalkan, 1. Pada industri wisata sebaiknya tidak semua industri wisata menggunakan barang- barang import dari luar untuk memenuhi peralatan yang dibutuhkan agar tidak mengalami kebocoran import seharusnya bisa menanganinya dengan membuat produk lokal yang berkualitas. 2. Dalam membuat destinasi wisata para pengusaha sebaiknya lebih cerdas memilih bisnis yang bisa memberikan manfaat untuk perekonomian nasional bukan hanya kepentingan personal. 3. Tidak menggantungkan perekonomian pada sektor pariwasata saja karna indonesia mempunyai berbagai sektor yang bisa mendukung perekonomian negara. Berikut ada beberapa dampak positif pariwisata terhadap perekonomian:

1. Foreign Exchange Earning
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.

2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.

 3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.

4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.

5. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata.  Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena  tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.



5. Opini

Menurut pendapat saya dengan adanya sektor pariwisata ini bisa dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang tentu saja berdampak baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor ini memberikan kesempatan bagi para pengusaha kecil hingga pengusaha besar karena menyerap dari berbagi usaha, antara lain perhotelan atau penginapan untuk tempat menginap selama berwisata, jasa transportasi, guide, rumah makan atau restoran, ticketing, dll. 
Diharapkan pemerintah daerah harus lebih memperhatikan daerah-daerah lain yang  berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata, untuk lebih merawat, menjaga, memelihara, serta mengembangkan sumber daya yang ada. Ini  bukan hanya peran pemerintah saja tetapi dengan adanya bantuan dari masyarakat daerah itu sendiri, agar bisa bersama-sama menjadikan pariwisata diIndonesia menjadi lebih berkualitas sehingga wisatawan baik dari dalam atau luar negeri merasa nyaman dan kembali berwisata ke Indonesia,serta membuat meningkatnya perekonomian di Indonesia.

         









Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia
http://asyharnotes.blogspot.co.id/2014/11/pengaruh-sektor-pariwisata-terhadap.html
makalahproposal.blogspot.co.id/2014/05/pendahuluan-makalah.html