Definisi
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga
jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap
yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap
sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait
produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian
produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi
(penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk
setelah digunakan. Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut.
Dilihat dari pengkonsumsian suatu produk perilaku
konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Perilaku konsumen rasional
Suatu kegiatan konsumsi bisa dikatakan rasional jika
beberapa hal di bawah ini diperhatikan :
- Produk tersebut bisa memberikan kepuasan dan nilai guna yang optimal
- Produk tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen.
- Kualitas atau mutu produk tersebut terjamin atau baik.
- Harga
suatu produk sesuai dan setara dengan kemampuan yang dimiliki oleh
konsumen.
- Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku
rasional. Suatu perilaku yang dilakukan oleh konsumen bisa dikatakan irasional
apabila konsumen melakukan pembelian produk tanpa memperkirakan kegunaan dari
produk tersebut, contoh perilaku irasional antara lain :
- Tertarik dan terpukau pada promosi dan iklan dari suatu produk baik melalui media cetak, elektronik atupun sosial.
- Merk yang dimiliki hanya merk terkenal
- Mengutamakan
gengsi atau prestise
Adapun beberapa definisi perilaku konsumen menurut para ahli :
1. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan produk dan
jasa, termasuk didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta
mengikuti tindakan pembelian tersebut. Tindakan tersebut adalah terlibat secara
langsung dalam proses memperoleh, mengkonsumsi bahkan membuang atau tidak jadi
menggunakan suatu produk atau jasa tersebut.
2. Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi
dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana seseorang
melakukan pertukaran aspek kehidupannya.
3. Menurut Mowen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas ketika seseorang
mendapatkan, mengkonsumsi atau membuang barang atau jasa pada saat proses
pembelian.
4. Menurut Schiffman dan Kanuk
Perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh
seorang pembeli dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta
bertindak pada konsumsi produk dan jasa, maupun ide yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen,
dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan
bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai
barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
Pendekatan Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen bisa dilihat dari beberapa pendekatan,
dimana pendekatan tersebut akan memberi jawaban tentang maksud dari perilaku
konsumen. Ada dua pendekatan terkait hal tersebut, yaitu pendekatan nilai guna
(utility) kardinal dan pendekatan nilai guna (utility) ordinal.
1. Pendekatan nilai guna kardinal
Pendekatan kardinal adalah suatu daya guna atau nilai
guna yang bisa diukur dengan satuan uang atau utilitas, nilai guna tersebut
memiliki tingkatan yang sesuai dengan subjek yang menilainya. Pendekatan
memiliki asumsi bahwa sebuah produk yang memiliki kegunaan lebih bagi konsumen
maka itulah yang paling diminati. Untuk itu pendekatan ini sering disebut
dengan pendekatan dengan penilaian yang subjektif.
Dalam pendekatan kardinal terdapat satu landasan hukum
yaitu hukum Gossen.
- Hukum Gossen I : menyatakan bahwasannya kepuasan konsumen akan menurun ketika kebutuhan mereka dipenuhi terus-menerus.
- Hukum
Gossen II : menyatakan bahwasannya seorang konsumen akan terus menerus
memnuhi kebutuhannya sampai mencapai intensitas yang sama. Maksud dari
intensitas yang sama adalah rasio antara marginal utility dan harga dari
produk yang satu dengan rasio marginal utility dan harga produk yang
lainnya.
Hipotesisi utama dari pendekatan kardinal ini adalah
nilai guna marginal yang semakin turun, menunjukkan bahwa nilai guna yang
diperoleh oleh konsumen akan semakin menurun ketika mereka terus dan terus
menambah konsumsinya atas produk tersebut. Berbicara tentang nilai guna
marginal pasti ada kaitannya dengan bagimana pemaksimuman nilai guna ayang
dirasakan oleh konsumen. Ada beberapa syarat pemaksimuman bisa terjadi yaitu
ketika konsumen berada dalam keadaan-keadaan sebagai berikut :
- Seorang konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang dkonsumsinya jika perbandingan antara nilai guna marginal berbagai produk tersebut sama dengan perbandingan harga-harga produk tersebut.
- Seorang
konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang mereka konsumsi
jika terdapat kesamaan diantara setiap rupiah yang dikeluarkan dengan
setiap produk yang dikonsumsi.
Dalam pendekatan kardinal ini terdapat beberapa
asumsi,antara lain :
- Daya atau nilai guna diukuur dengan parameter satuan harga atau utilitas.
- Konsumen bersifat rasional, dimana mereka akan memnuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan batas kemampuan pendapatannya.
- Konsumen akan mengalami penurunan utilitas ketika terus menerus melakukan konsumsi terhadap produk tersebut (diminishing marginal utility).
- Konsumen memiliki jumlah pendapatan yang tetap.
- Daya atau nilai guna dari uang tetap atau konstan.
- Total utility bisa bersifat melengkapi (additive) atau berdiri sendiri (independent).
- Produk
yang dikonsumsi normal dan periodenya konsumsinya berdekatan.
Dengan berbagai asumsi tersebut pendekatan kardinal mampu
menyusun sebuah formulasi fungsi permintaan secara baik. Namun meski begitu
pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
- Daya guna yang dipandang hanya dari segi subjektif membuat tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai dengannya.
- Memiliki konsep constan marginal utility of money, yang membuat anggapan nilai uang akan menurun ketika jumlang uang semakin banyak.
- Konsep
diminishing marginal utility merupakan permasalah yang sangat sukar dari
segi psikologis dan sulit diterima sebagai aksioma.
2. Pendekatan nilai guna ordinal
Berbeda dengan pendekatan kardinal yang memfokuskan
kajian pada daya atau nilai guna suatu barang, namun dalam pendekatan ordinal
daya guna tidak seratus persen diperhatikan cukup diketahui dan konsumen mampu
menyusun urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh ketika mengkonsumsi
sebuah produk. Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak produk
yang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan yang didapat oleh konsumen. Dalam
menganalisa tingkat kepuasan pendekatan ini menggunakan kurva indefferen yang
menunjukkan kombinasi atau campuran antar konsumsi dua macam produk yang
memberikan tingkat kepuasaan yang sama dan garis anggaran yang menunjukkan
kombinasi antara dua macam barang yang berbeda yang bisa dibeli oleh konsumen
dengan pendapatan yang terbatas.
Perpaduan antara dua kurva ini akan menunjukkan kepuasan
yang dicapai oleh konsumen. Dengan demikian pemaksimuman kepuasan yang
digambarkan adalah kepuasan yang maksimum dari melakukan konsumsi terhadap dua
macam produk dengan tingkat pendapatan tertentu. Berbicara tentang pendekatan
ordinal pasti tak terlepas dari kurva indeferens yang memiliki beberapa ciri
diantaranya :
- Memiliki garis miring yang negatif, artinya konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya terhadap suatu produk yang satu jika mereka melakukan konsumsi terhadap produk yang lainnya.
- Kurva cenderung menuju ke arah titik origin, artinya hal ini menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia keluarkan atau korbankan dalam upaya mengubah kombinasi antara jumlah masing-masing produk yang dikonsumsi.
- Tidak
akan ada saling berpotongan, sehingga konsumen tidak mungkin akan
mendapatkan kepuasaan yang sama pada suatu kurva indeferens yang berbeda.
Sama halnya dengan pendekatan kardinal, pendekatan
ordinal juga memiliki beberapa asumsi penting di dalamnya, antara lain :
- Konsumen yang bersifat rasional
- Konsumen memiliki skala prioritas dalam menyusun produk yang akan dikonsumsi mulai dari yang memiliki daya guna kecil hingga pada yang memiliki daya guna tinggi.
- Konsumen memiliki sejumlah uang
- Konsumen selalu berupaya untuk mendapatkan kepuasan maksimal.
- Konsumen selalu konsisten
- Hukum
yang berlaku adalah hukum transitif.
Perbedaan
antara pendekatan kardinal dengan ordinal
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa
besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis
ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan
marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan
analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
Prinsip
dalam Analisa Perilaku Konsumen
- Pendapatan terbatas dan kelangkaan
Pendapatan yang terbatas dan kelangkaan merupakan suatu
masalah yang harus disiasati dengan tepat oleh para konsumen. Dengan adanya dua
masalah ini memaksa seorang konsumen untuk berfikir dua kali dalam menentukan
pengeluaran atau konsumsi yang harus dilakukan namun tetap dalam anggaran yang
telah diteteapkan sebelumnya. Harus adanya keseimbangan dalam mengkoinsumsi
suatu produk. Jika ingin meningkatkan konsumsi terhadap suatu produk baik
barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi terhadap produk
lainnya.
- Konsumen mampu membedakan antara biaya dan
manfaat
Biaya dan manfaat merupakan dua aspek yang selalu
difikirkan oleh seorang konsumen dalam melakukan konsumsi. Jika dalam suatu
kondisi dimana dua produk yang sama memberikan manfaat atau daya guna yang sama
maka konsumen dengan otomatis akan melihat harga dan memlih yang lebih murah.
Di sisi lain jika dalam kondisi dimana ada dua produk yang harganya sama, maka
konsumen akan melihat dan memperhatikan manfaat serta nilai gunanya bagi
masyarakat dan memilih yang memiliki manfaat lebih besar.
- Konsistensi konsumen dalam memperkirakan
manfaat yang tepat
Konsistensi seorang konsumen dipengaruhi oleh pengalaman
dan orang sekitar. Konsistensi konsumen terhadap suatu produk akan mudah goyah
ketika ada produk yang memiliki manfaat lebih baik dengan harga yang murah atau
setara. Dengan begitu konsumen akan mampu memberikan suatu perkiraan terhadap
produk yang akan dikonsumsi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa konsistensi
konsumen akan tetap bertahan jika produk yang dikonsumsi telah memnuhi syarat
dan memiliki nilai guna yang baik.
- Distribusi produk satu dengan yang lainnya
Distribsusi terhadap suatu produk dengan produk yang
lainnya merupakan cara tepat untuk memnuhi segala kebutuhan dan keinginan
konsumen yang tek pernah selesai. Selain itu dengan adanya distribusi ini
konsumen akan lebih mudah mendapatkan kepuasan dari berbagai sisi.
- Konsumen patuh pada hukum berkurangnya tambahan
kepuasan yang berlaku
Dalam hukum ini berlaku tentang semakin banyaknya jumlah
barang yang dikonsumsi, maka semakin kecil kepuasan atau manfaat yang
dihasilkan. Artinya dengan adanya tambahan biaya maka konsumen akan
menghentikan konsumsinya terhadap barang tersebut.
Dalam melakukan konsumsi pasti ada beberapa perilaku
konsumen yang bisa dipantau dan di analisis tentu perilaku itu terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
- Faktor
budaya
Budaya memegang peranan penting dalam melakukan konsumsi.
Tipe konsumsi dari konsumen menyesuaikan budayanya. Misalkan budaya barat dalam
melakukan konsumsi tidak memperhatikan biaya yang penting puas.
- Faktor
sosial
Kelas-kelas sosial yang ada dalam masyarakat mempengaruhi
perilaku konsumen, konsumen yang berada dalam kelas sosial yang tinggi maka
mereka tidak akan ragu dalam mengkonsumsi suatu produk yang penting
kebutuhannya terpenuhi. Berbeda dengan kelas sosial rendah mereka harus
memperhitungkan pengeluarannya dengan baik.
- Faktor
pribadi
Baik buruknya perilaku konsumen dittentukan oleh
masing-masing pribadi yang melakukan konsumsi tersebut.
- Faktor psikologi
Psikologis seseorang juga mempengaruhi dalam bertindak.
Jika kondisi psikologis konsumen baiok maka mereka akan berperilaku dengan
benar. Sedangkan jika kondisi psikologis seorang terganggu maka tindakannya
juga akan mengalami gangguan.
- Faktor
marketing strategi
Marketing strategi meliputi beberapa variabel, yaitu
barang (produk), harga, periklanan, dan distribusi.
Proses
pembentukan perilaku konsumen
Perilaku konsumen dilakukan berdasarkan suatu proses
sebelum dan sesudah seorang konsumen melakukan proses pembelian suatu barang
maupun jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut, seorang pembeli akan melakukan
penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi proses pengambilan
keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut. Berikut beberapa tahapan
pengambilan keputusan seorang konsumen :
1. Pengenalan Masalah.
Biasanya seorang konsumen melakukan pembelian atas dasar
kebutuhan atau untuk menyelesaikan keperluan, masalah dan kepentingan yang
dihadapi. Jika tidak ada pengenalan masalah terlebih dahulu, maka konsumen juga
tidak akan tahu produk mana yang harus dibeli.
2. Pencarian Informasi.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami, maka pada
saat itu seorang konsumen akan aktif mencari tahu tentang bagaimana cara
penyelesaian masalahnya tersebut. Dalam mencari sumber atau informasi,
seseorang dapat melakukannya dari diri sendiri (internal) maupun dari orang
lain (eksternal) seperti masukan, sharing pengalaman, dan lain sebagainya.
3. Mengevaluasi Alternatif.
Setelah konsumen mendapatkan berbagai macam informasi
yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, maka hal selanjutnya yang
dilakukan oleh konsumen tersebut adalah mengevaluasi segala alternatif
keputusan maupun informasi yang diperoleh.
Hal itu lah yang menjadi landasan dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
4. Keputusan Pembelian.
Proses selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada
alternatif-alternatif keputusan yang ada adalah konsumen tersebut akan melalui
proses yang disebut dengan keputusan pembelian. Waktu yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan ini tidak sama, yaitu tergantung dari hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam proses pembelian atau pengambilan keputusan
tersebut.
5. Evaluasi Pasca-Pembelian.
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah
melakukan proses dan keputusan pembelian adalah mengevaluasi pembeliannya
tersebut. Evaluasi yang dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mendasar
seperti apakah barang tersebut sudah sesuai dengan harapan, sudah tepat guna,
tidak mengecewakan, dan lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan sikap
kepuasan dan ketidakpuasan barang oleh konsumen, mengecewakan dan tidak
mengecewakan. Hal tersebut akan berdampak pada pengulangan pembelian barang
atau tidak. Jika barang memuaskan dan tidak mengecewakan, maka konsumen akan
mengingat merk produk tersebut sehingga akan terjadi pengulangan pembelian di
masa mendatang. Namun jika barang tidak
memuasakan dan mengecewakan, maka konsumen juga akan mengingat merk barang tersebut
dengan tujuan agar tidak mengulang kembali membeli barang tersebut di masa yang
akan datang.
Mengenali Masalah Konsumen
Sebagai produsen atau penjual barang dan jasa, maka Anda
perlu mengetahui cara-cara mengenali masalah konsumen. Hal ini diperlukan agar
masalah yang dialami oleh konsumen tersebut dapat Anda ubah menjadi sebuah
peluang. Jika Anda dapat memperbaiki kekurangan penjualan atau mengetahui hal
apa yang sering menjadi masalah konsumen, maka hal tersebut akan menjadi
perbaikan bagi penjualan dan bisnis Anda. Berikut terdapat beberapa tips agar
Anda dapat mengenali masalah konsumen :
1. Jadilah Pelanggan
Anda harus melihat sisi dari seorang pelanggan, tidak
selalu menjadi sisi seorang penjual. Misalkan Anda pergi ke pusat perbelanjaan,
tentu secara otomatis Anda harus menempatkan diri sebagai konsumen. Nah, hal
apa saja yang Anda temui di pusat perbelanjaan tersebut yang Anda anggap
merupakan suatu kekurangan. Misalnya tentang pelayanan pegawai yang kurang
tanggap atau kurang ramah, ketersediaan produk, kualitas produk, dan lain
sebagainya. Dari situ Anda akan dapat mengetahui dan belajar tentang
masalah-masalah yang sering dialami oleh konsumen.
2. Amati Sekeliling
Konsumen dan Kompetitor
Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah mengamati
lingkungan dan keadaan di sekeliling konsumen maupun kompetitor bisnis Anda.
Dengan mengamati bisnis yang hampir mirip atau serupa dengan bisnis Anda, maka
Anda dapat melihat kekurangan-kekurangan yang mungkin dapat terjadi pada sektor
bisnis tersebut. Sehingga Anda dapat dengan cepat melakukan tindakan pencegahan
maupun perbaikan pada bisnis Anda.
3. Menambah Kenalan dan Membuka
Pemikiran
Menambah kenalan dan jaringan pertemanan adalah hal yang
sangat positif bagi Anda dan bisnis Anda. Selain menambah relasi, partner
kerja, juga dapat menambah networkingatau jaringan bagi bisnis
Anda. Dalam memulai perkenalan yang baru, usahakan untuk tidak mengatakan
hal-hal yang negatif seperti menyinggung perasaan lawan bicara, berbicara
sombong dan egois, mengatakan hal-hal yang menyangkut SARA, dan lain
sebagainya. Pembicaraan dalam perkenalan baru hendaknya memiliki hal-hal yang
positif seperti kalimat-kalimat yang mendukung dan tidak merendahkan lawan
bicara.
4. Bertanya Langsung
Masalah yang Dihadapi oleh Pelanggan
Tidak ada salahnya bertanya kepada pelanggan lain tentang
pandangannya mengenai bisnis Anda. Anda dapat memulai sebuah perkenalan dengan
pelanggan yang lainnya dengan cara menanyakan hal-hal yang ringan terlebih
dahulu, seperti sapaan, kalimat basa-basi, dan lain sebagainya. Kemudian Anda
juga dapat meminta masukan atau pendapat mengenai bisnis yang Anda jalankan,
sehingga Anda dapat mengetahui apa saja keluhan atau masalah yang sering
dialami oleh para konsumen.
Contoh
Kasus Perilaku Konsumen :
Proses pengambilan keputusan oleh konsumen terhadap
pembelian jeruk
![]() |
Jeruk lokal |
Jeruk china merupakan buah-buahan yang populer belakang ini.penampilan luar
yang kuning-orange membuat orang tertarik untuk membelinya.Dibandingkan dengan
jeruk lokal yang umumnya berwarna hijau kekuningan.Harganya pun tergolong murah
dibandingkan jeruk lokal. Biasanya untuk 1 kg jeruk china diharga Rp17.000,-
sedangkan untuk jeruk lokal dihargai sebesar Rp20.000/kg .Hal ini tentu saja
membuat konsumen lebih memilih produk yang lebih murah.
Sesuai dengan hukum penawaran “semakin murah produk yang ditawarkan,semakin banyak produk yang minta”.Maka tak heran mengapa jeruk china jauh lebih murah dan banyak berada dipasaran.Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama mengapa jeruk china lebih laku dipasaran dibandingkan jeruk lokal
Sesuai dengan hukum penawaran “semakin murah produk yang ditawarkan,semakin banyak produk yang minta”.Maka tak heran mengapa jeruk china jauh lebih murah dan banyak berada dipasaran.Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama mengapa jeruk china lebih laku dipasaran dibandingkan jeruk lokal
Harga
Dibandingkan jeruk lokal ,jeruk china lebih murah yaitu Rp17.000,-/kg sedangkan jeruk lokal dihargai sebesar Rp20.000,-/kg.Penampilannya juga menarik terbungkus rapi dengan plastik.
Dibandingkan jeruk lokal ,jeruk china lebih murah yaitu Rp17.000,-/kg sedangkan jeruk lokal dihargai sebesar Rp20.000,-/kg.Penampilannya juga menarik terbungkus rapi dengan plastik.
Transportasi.
Jeruk china didistribusikan secara menyeluruh dalam skala besar dengan bea cukai yang sangat rendah yakni 0%-5% itulah mengapa jeruk china jauh lebih murah.Sedangkan jeruk lokal distribusi nya terdapat banyak hambatan,baik itu dikarena transportasi, pajak maupun sarana dan prasarana.Iklim di China memungkin negara bambu ini memproduksi jeruk dalam jumlah yang sangat besar.Sedangkan diIndonesia panen jeruk tergantung pada iklim.Iklim di Indonesia saat ini mengalami musim pancaroba,menyebabkan produksi jeruk sangat rendah. Dan Peraturan perdagangan Indonesia
Jeruk china didistribusikan secara menyeluruh dalam skala besar dengan bea cukai yang sangat rendah yakni 0%-5% itulah mengapa jeruk china jauh lebih murah.Sedangkan jeruk lokal distribusi nya terdapat banyak hambatan,baik itu dikarena transportasi, pajak maupun sarana dan prasarana.Iklim di China memungkin negara bambu ini memproduksi jeruk dalam jumlah yang sangat besar.Sedangkan diIndonesia panen jeruk tergantung pada iklim.Iklim di Indonesia saat ini mengalami musim pancaroba,menyebabkan produksi jeruk sangat rendah. Dan Peraturan perdagangan Indonesia
Adanya peraturan perdagangan Indonesia menyebabkan harga jeruk lokal lebih mahal. Jeruk lokal dikenai pajak lebih
ditinggi dibandingkan pajak jeruk impor. Murah dan warna yang menarik.Namun,tak semuanya
menjamin bahwa kandungan vitamin C didalamnya benar-benar baik. Jeruk china
walaupun warnanya ranum kuning,tapi isinya kurang kadar air,kadang
kering.Sedangkan jeruk lokal walaupun tampilan luarnya tidak sebagus jeruk
china tapi kandungan airnya jauh lebih banyak dari jeruk china.Kandungan
vitamin C nya juga jauh lebih. Bukan hanya itu. Jeruk lokal diproduksi oleh
petani lokal yang distribusinya walaupun lambat tapi tidak menggunakan bahan
kimia yang berbahaya. Kandungan jeruk china ternyata lebih banyak mengandung
senyawa kimia terutama formalin yang menyebabkan warna nya jauh lebih cantik
dan menarik serta tahan lama. Senyawa kimia ini akan berubah menjadi racun yang
sangat berbahaya bagi tubuh bahkan bisa menyebabkan kanker.
Kesimpulan:
Mempelajari perilaku konsumen bagi perusahaan adalah
memungkinkan perusahaan memahami dengan tepat kebutuhan dan keinginan
pelanggannya sehingga dapat membantunya untuk memuaskan pelanggan, menerapkan
konsep pemasaran dan memperluas legitimasi ke masyarakat. Jadi alangkah baik
dan bermafaatnya jika konsumen maupun praktisi pemasaran mempelajari perilaku
konsumen, tidak hanya bermanfaat secara individu tetapi secara bisnis sangat
memiliki nilai strategis bagi perusahaan.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen.
http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-perilaku-konsumen.
http://ciputrauceo.net/blog/2015/6/11/perilaku-konsumen.
https://shintaokrami.wordpress.com/2014/10/30/contoh-perilaku-konsumen-dalam-membuat-keputusan-membeli-barang-dan-jasa/.
http://merdifransisca.blogspot.co.id
http://merdifransisca.blogspot.co.id
Bagus..., Kok Hampi mirip ya
BalasHapus